December 20, 2016

Siapkah Kita Menjadi Orang Tua ???


APAKAH KITA SIAP MENJADI ORANGTUA?

Apa yang Ayah Bunda rasakan saat dulu baru saja menikah? Bahagia? Excited? Ingin segera mendapat momongan?

Kita membayangkan anak-anak yang lucu dan menjadi penyejuk hati, berprestasi, berperilaku mulia, membanggakan, dan menjadi hadiah dari Tuhan tersebab kita merawatnya dengan baik.

Siapa yang tak mengenal Ananda Musa bin La Ode Abu Hanafi, Hafizh cilik berusia 7 tahun asal Bangka Belitung yang meraih juara ke-3 dalam Musabaqah Hifzil Quran Internasional di Sharm El-Sheikh, Mesir.

Tujuan Pengasuhan


Apakah Anda Punya Blueprint (Tujuan Pengasuhan) untuk Anak Anda?

Bagaimana jika seseorang melakukan perjalanan tanpa memiliki tujuan? Perjalanan tersebut bisa tetap terjadi, namun di akhir perjalanan hanya ada 3 kemungkinan: mendapat sesuatu karena keberuntungan, tidak mendapat hasil apa-apa, atau bahkan tersesat.

Dalam menjalankan amanah pengasuhan, sanggupkah kita bertaruh untuk ketiga kemungkinan di atas sedangkan pada akhirnya kita pasti dimintai pertanggungjawaban?

Dalam riset yang dilakukan YKBH kepada para ibu dari beragam usia dan kemampuan ekonomi, diperolehlah hasil bahwa orangtua tidak memiliki tujuan pengasuhan yang spesifik. Sehingga, beginilah anak-anak kita, anak-anak yang dalam riset kami 30 dari 100 anak telah melihat pornografi secara sengaja di kelas 4, 5, dan 6 SD. Hasil dari pengasuhan tanpa arah.

Di lain sisi, mereka adalah penghuni rumah masa depan. Maka, biarkan ia sendiri yang membangunnya. Sebagai malaikat penjaga, kita hanya diamanahi untuk memastikan ia kembali dengan selamat kepada Pemiliknya seiring ia membangun rumah masa depannya.

Bagaimana caranya?

Anak Adalah Amanah ALLAH SWT


SIAPA ANAK KITA?

Sepasang pengantin baru mendapat kado luar biasa dari Allah swt. Setelah 6 bulan menikah, sang istri positif hamil. Mereka berdua sangat bahagia. Begitu pula ayah ibu mereka, sahabat-sahabat mereka, maupun kerabat mereka.

40 minggu kemudian, bayi mereka lahir. Wajahnya sangat lucu dan tampan. Bayi laki-laki tersebut benar-benar penyejuk mata yang memandangnya. Lengkap sudah kebahagiaan keluarga baru tersebut.

2,5 tahun berlalu. Bayi laki-laki tersebut menjadi balita yang sangat aktif. Sang Ibu seringkali kehabisan akal dan energi menghadapi bocah kecil ini.

Mengasuh Adalah .................


Dari pembahasan sebelumnya, kita sudah memahami bahwa anak adalah amanah Allah.
Ia bukanlah milik kita. Bukan semata-mata hadiah yang dapat diperlakukan sesuka kita. Bukan. Kita sebagai pihak yang dititipi akan diminta pertanggungjawaban atas titipan tersebut.

Dengan cara apa? Apakah cukup dengan menjamin kebutuhan materinya, makanannya, dan menyekolahkannya dan mefasilitasinya dengan les tambahan?

Banyaknya kasus kenakalan dan kejahatan yang dilakukan anak dan remaja, seakan menceritakan kenyataan bahwa anak dan remaja kita sehat badannya, cerdas otaknya, namun hampa jiwanya. Adriano Rusfi, seorang praktisi pendidikan, menyebut mereka dengan sebutan “Aqilnya tidak berbarengan (lebih lambat) dengan Balighnya”.

Menjadi Oranng Tua Yang Amanah


Anak kita adalah amanah. Kita hanyalah fasilitator yang ditugasi memastikan ia mengenal tempat kembalinya : Allah swt.

Kita hanyalah babysitter terpilih yang ditugasi memenuhi kebutuhannya agar baik fisik dan jiwanya.

Lalu, bagaimana agar kita menjadi fasilitator yang baik?

Yang paling utama adalah terus mengenal diri sendiri dan mengenal anak kita. Mengenal perasaan diri sendiri dan anak kita, mengenal kecenderungan diri sendiri dan anak kita, mengenal pola pikir diri sendiri dan anak kita, mengenal kemampuan diri sendiri dan anak kita, mengenal tingkat dan jenis kecerdasan diri sendiri dan anak kita, mengenal gaya belajar diri sendiri dan anak kita, dan segala seluk beluk tentang diri kita sendiri dan anak kita.

Bagaimana caranya?


Guideline Dalam Pengasuhan Anak


Akhir-akhir ini, sosial media para ibu muda dihebohkan dengan selebgram sekaligus vlogger yang dinilai sangat berlebihan menampilkan cara bergaulnya yang bebas nilai dan aturan.

Beberapa orang menyesalkan perilakunya karena dijadikan panutan anak-anak SD, SMP, dan SMA.

Tak sedikit pula yang dagdigdug jangan-jangan anak sendiri pun menjadikannya panutan.

Apa yang perlu dilakukan oleh orangtua agar anak kita tidak seperti “lepas” kontrol setelah kita didik dengan baik di masa kecilnya?

Jika jiwa anak adalah sebuah bangunan, bagaimana kita membangunnya sehingga ia menjadi pribadi tangguh di era digital? Yang akan tetap berdiri kokoh tak hancur diterpa badai.

Pengasuhan Anak Dengan Spiritual Based


Di era Teknologi Informasi seperti ini, banyak sekali ilmu dan petunjuk yang bisa dirujuk. Ilmu parenting berlimpah-limpah. Praktisi parenting sangat banyak. Kita mengalami situasi yang disebut BANJIR INFORMASI.

Ternyata, berlimpahnya informasi ini memiliki resiko. Paling minim berupa benturan pemikiran. Ahli A berkata X, Ahli B berkata Y. Memang naturalnya ilmu duniawi, selalu ada pro dan kontra.

Di tengah kebimbangan akibat ‘banjir informasi’ ini, kita sebagai manusia dewasa selalu punya pilihan :
  1. Membeo apa kata ahli tanpa berpikir kritis.
  2. Mengulang sejarah pengasuhan yang kita terima dari orangtua kita sepenuhnya, atau
  3. Mengubah pikiran dari apa yang dipelajari baik dari teori, pengalaman pribadi, maupun dari pengalaman orang lain, kemudian disesuaikan dengan juknis (petunjuk teknis) yang benar.
Bagaimana memastikan petunjuk teknis yang benar?

Dual Parenting


Pernahkah Ayah Bunda melihat bendungan? Ada dua komponen utama dari suatu bendungan. Komponen pertama yaitu tembok yang membuat bendungan itu kokoh. Komponen kedua adalah air yang mengisi bendungan tersebut.

Apa jadinya jika bendungan dengan air berlimpah, namun temboknya hanya gundukan tanah saja? Apa jadinya jika bendungan tersebut kokoh dengan tembok beton namun tidak ada air yang mengisinya?
Itulah kemungkinan terjadi pada anak yang mendapat kasih sayang tidak lengkap. Jika anak mendapat kasih sayang hanya dari Bunda, namun tidak mendapatkannya dari ayah, ia seperti bendungan dengan air berlimpah, namun temboknya rapuh. Jika anak mendapat kasih sayang hanya dari ayah, namun tidak mendapatkannya dari Bunda, ia bagai bendungan kokoh yang kering tak berisi.

Langkah Membangun Anak BEST



Tahun 2011, BPS mencatat Indonesia memilili 46 juta anak usia 0 – 9 tahun dan 44 juta anak usia 10 – 19 tahun. Tepat pada 1 abad Indonesia merdeka (tahun 2045), 90 anak dan remaja tersebut akan berusia 32 – 51 tahun.

Usia tersebut adalah usia produktif manusia. Mereka adalah Generasi Emas Indonesia karena pada usia tersebut merekalah yang akan mengisi semua posisi pemimpin di negeri ini. Guru, pengusaha, birokrat, pedagang, peneliti, anggota legislatif, sampai Presiden.

Lalu Bagaimana Kondisi Mereka Saat Ini?

Pengasuhan Anak Dengan Brain Based (Berlandaskan Perkembangan Otak)



Setiap anak lahir dengan fitrah yang sudah tertanam dalam sebuah organ paling penting yang terlindung sempurna di tempurung kepala kita. Seluruh aktifitas tubuh kita diatur di dalamnya, baik yang bisa kita kontrol maupun yang tidak dapat kita kontrol.

Yup, otak kita adalah mesin utama tubuh kita.
Selain mengatur detak jantung, kerja paru-paru, gerakan lambung, usus, bola mata, tangan serta kaki, otak juga mengatur emosi, tempat berpikir, menimbang, menyimpan dan mengelola nilai dan moral, memperkirakan resiko dan konsekuensi, dan yang paling penting adalah membuat keputusan.

Ternyata, selain sudah diatur dalam paket DNA, perkembangan dan cara otak bekerja juga dipengaruhi oleh pengasuhan yang didapatkan seseorang sejak kecil.

Pola Asuh Yang Sehat Untuk Jiwa dan Otak Anak


Pernahkah Ayah Bunda membuka media sosial dan menemukan kabar tentang anak Indonesia yang menerima penghargaan internasional, memenangkan lomba berskala internasional, maupun menjadi pembicara di forum internasional di berbagai bidang? Biarpun mereka bukan anak kandung kita, kita ikut bangga ‘punya’ mereka, bukan?

Disisi lain, kita berkali-kali seperti diteror berita kekerasan fisik dan kejahatan seksual yang dilakukan anak usia SD-SMP-SMA baik dilakukan sendiri maupun beramai-ramai. Selain meninggalkan rasa takut, rasa sedih pun hinggap di relung batin kita. Perasaan getir memenuhi ruang dada kita. 

Kita bertanya-tanya, mengapa ada anak yang begitu gemilang, namun juga ada anak yang jiwanya kelam? Ada anak-anak berkarakter BEST (seperti yang telah dijelaskan di artikel sebelumnya), ada anak-anak yang mengalami BLAST akut maupun kronis. Apa yang membedakan keduanya?

Menstimulasi 8 Jenis Kecerdasan Anak

Menilai kecerdasan anak tidak bisa hanya berdasarkan skor standar semata, seperti tes IQ, hal itu amatlah terbatas. Namun, perlu mengukur dari definisi kecerdasan yang berbeda.

Dr. Howard Gardner, Profesor bidang pendidikan di Harvard University, Amerika Serikat mengemukakan, definisi kecerdasan yang berbeda untuk mengukur potensi manusia secara lebih luas, baik pada anak maupun orang dewasa. Ia membagi 8 jenis kecerdasan, dan dikenal sebagai Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences). Dan kita semua punya 8 area kecerdasan itu dalam taraf berbeda.

Menurut Dr. Halit Hulusi, Senior Educational Psychologist di Birmingham Educational Psychology Service, Inggris, dengan delapan area kecerdasan ini, berarti beragam cara dapat dilakukan orangtua untuk mengembangkan kecerdasan anak-anaknya. Namun, tentu saja tidak setiap anak bisa menjadi brilyan di semua bidang, tetapi Anda dapat membantunya mengoptimalkan semua potensi di setiap area kecerdasannya.

Belajar Menjadi Tidak Sempurna

Saya adalah orang yang perfeksionis. Saya menginginkan segala sesuatu berjalan sempurna. Saya tidak suka pada ketidakpastian, jadi dari bangun tidur saya selalu merencanakan dengan jelas apa yang akan saya lakukan seharian ini. Untuk hal traveling, bisa ditebaklah.. saya bukan tipikal spontaneous traveller. Sebelum berangkat, itinerary detil setiap harinya pasti sudah lengkap.

Termasuk dalam hal rumah tangga. Saya dulu sering mengomeli suami karena melipat selimut tidak “sempurna”. Seharusnya yang motif kembang ada di atas, bukan di dalam lipatan. Haha, kasian dia ya..

Saya juga termasuk orang yang rapi. Saya menginginkan semua diletakkan sesuai tempatnya. Tidak ada benda berceceran di sudut-sudut rumah dan selalu rajin menyapu dua kali sehari. Intinya sih saya ini orang yang menginginkan semua aktivitas hidup ini berjalan sempurna, rapi, dan tepat pada waktunya.

Well planned.

Lalu akibatnya, saya menjadi orang yang tidak toleran pada perubahan jadwal. Jika rencana meeting atau bahkan hanya sekadar hangout dibatalkan atau diundurkan, saya bisa bete setengah mati. Mood saya di hari itu langsung drop.

Perasaan Yang Terabaikan

“Diaaam !.. diam mama bilang! Cengeng banget sih gak berenti berenti nangis dari tadi.. Kalau mama sudah gak sabar nanti mama pukul kamu! “
“Tau kenapa mama gak suka sama kamu?, kalau nagis lama, dibilangin gak denger, gak kayak adikmu!, faham,,?” Ujar bu Tini pada anaknya yang sulung berusia 5.5 tahun sambil mendorong kepala anaknya…
Terkesan familiar ?

Bukan hanya bu Tini tapi banyak ibu ibu lain sering sekali merasa tak mampu mengendalikan emosinya menghadapi anak anaknya, tanpa tahu mengapa mereka merasakan seperti itu. Umumnya bila sudah marah panjang lebar bahkan melengkapinya dengan nolak kepala seperti yang dilakukan bu Tini, ada juga dengan mencubit bahkan memukul, mereka umumnya menyesal bahkan gak jarang menangis dikamar tidur nya. Apalagi kalau sudah malam, semua sudah tenang dan dia mengamati atau memandangi anaknya yang pulas tertidur dan nampak benar keluguan dan kepolosannya..
“Ya Allah kenapa aku marahi dan pukuli anakku ya Allaaah”, keluhnya sambil menciumi anaknya sementara air mata terus berurai. Penyesalan tak pernah datang diawal….

December 15, 2016

Ada Salju di Dalam Mall

Beberapa waktu lalu saya melihat iklan mengenai event area bermain salju di salah satu Mall di Tangerang, yaitu Living World. Kebetulan suami saya pun sedang ada waktu luang untuk menemani saya dan anak saya (Nadilla) untuk langsung ke mall tersebut.
Datanglah kami ke mall tersebut dan mencari area bermain salju tersebut yang letaknya ada di atrium utamanya. Kemudian kami membeli tiket masuk dan masuklah saya bersama anak saya karna suami saya ada keperluan di tempat lain.
Seperti dugaan saya sebelumnya, Nadilla sangaaaaaaaatt senang bermain salju. Mungkin dia kangen main salju saat liburan di Eropa beberapa bulan lalu kali yaa. Nadilla pun dengan antusiasnya bermain salju tanpa pakai sarung tangan dan lebih senang memegang salju dengan tangannya daripada menggunakan sekop dan alat-alat lain yang disediakan disana.

December 09, 2016

Hadiah Ulang Tahun Nadilla yang ke-2

Hallo..
Assalamu'alaikum...
Kali ini saya mau bercerita tentang liburan singkat saya, suami dan anak kami dalam rangka quality time sebagai hadiah Ulang Tahun anak saya yang ke-2 yang jatuh tepat pada tanggal 10 November lalu. Karna memang kami tidak berniat untuk merayakan ulang tahunnya dengan pesta seperti tahun lalu, jadi kami memutuskan untuk liburan singkat ke luar kota pada tanggal 11 sampai 13 November 2016 dan kami memilih Bandung sebagai tujuan liburan singkat kami.
Penasaran kami jalan - jalan kemana saja saat di Bandung???
Lihat videonya yaaa....

 

Kalau mau lihat lebih jelas lagi nonton di Channel Youtube saya disini yaa dan jangan lupa kasih Like, Comment, Subscribe dan Share ke semua media sosial teman - teman yaaa buat inspirasi liburan bersama anak - anak dan keluarga tersayang.. 😉

December 06, 2016

Kenalan yuuuk


Assalamu'alaikum mommy - mommy muda yang super..
Dalam postingan Blog Pertama ini saya mau memperkenalkan diri dulu ya..
Saya adalah seorang Full Time Mother yang mempunyai seorang Putri Kecil yang sangat menggemaskan dan super aktif berusia 2 Tahun, yang bernama Nadilla Khaira Salsabila.
Saya baru memulai Blog ini karna memang baru mendalami dunia blog,tetapi saya sudah lebih dulu membuat VLOG di Channel Youtube dan itu juga baru beberapa bulan yang lalu.. hehehee... Silakan mampir ke Channel Youtube saya yaa disini.
Sepertinya segini saja dulu yaa perkenalannya.. hehehehee.. 😊😊😊