January 19, 2017

Curhaaaatt yuuuukk...

Haii.. Assalamu'alaikum..
Postingan kali ini saya mau sedikit curhat nih tentang minat dan bakat anak, tapi kali ini pembahasannya mengenai diri saya sendiri. Saya hanya memberikan pandangan saya sebagai seorang anak ketika saya masih sekolah dulu dan baru menyadari dan menyesalinya sekarang.. Postingan ini bukan untuk menyalahkan orang tua saya ataupun pihak manapun, disini saya hanya ingin cerita pengalaman saya saja yang menurut saya bisa diambil pelajarannya untuk mendidik anak - anak saya agar saya yang sekarang sudah menjadi orang tua, khususnya seorang ibu, bisa menyalurkan dan mengembangkan minat dan bakat anak - anak saya di kemudian hari..

Saya dari sejak SMP memang sudah menyukai segala hal yang berkaitan dengan komputer, dan semakin menyukainya ketika saya SMA karna kebetulan di SMA saya dulu ada mata pelajaran teknik komputer (yang lebih ke arah merakit/merangkai komponen dalam komputer terutama CPU) dan ada mata pelajaran sistem informasi juga (yang lebih mempelajari software komputer misalnya photoshop, microsoft office, editing foto, bikin majalah, editing video, bikin software sederhana,dll). Nah, kedua mata pelajaran itu termasuk dalam mata pelajaran favorit saya selain Matematika dan Kimia. Tapi setiap pelajaran komputer dan sistem informasi itu saya selalu excited, semangat dan selalu mendapatkan nilai yang baik dan saya selalu mengerjakan tugas - tugas mata pelajaran tersebut dengan kemampuan saya sendiri, bahkan ada beberapa teman saya sering meminta tolong kepada saya untuk membuatkan tugas komputer dan sistem informasi tersebut.

Ketika menginjak kelas XII SMA saya harus menentukan jurusan untuk ke Perguruan Tinggi nanti. Dan saya sebenarnya ingin mengambil jurusan Teknik Informatika atau Sistem Informasi atau jurusan lain yang berhubungan dengan kesukaan saya mengedit foto, membuat desain majalah dan mengedit video, dan jika saya lulus jadi sarjana Informatika nanti saya ingin membuka lapangan pekerjaan seperti membuka kursus entah itu kursus editing video, editing foto atau mengajar di sekolah -  sekolah, tapi kedua orang tua saya tidak menyetujuinya dengan alasan bahwa sarjana Informatika sudah terlalu banyak dan nanti ga ada masa depannya, hari tua nya ga terjamin, pokoknya pendapat orang tua saya itu kalau bisa saya jadi Sarjana lain yang nantinya ketika lulus kuliah bisa jadi PNS (karena kedua orang tua saya bekerja sebagai PNS di salah satu kementerian).

Sebenarnya saya sudah mengutarakan keinginan saya yang ingin memilih jurusan informatika kepada Ibu saya tetapi yaa tetap saja tidak mengubah pandangan mereka. Di satu sisi saya mengerti keinginan mereka yang menginkan saya menjadi PNS, mungkin karna saya anak pertama dan mereka sangat berharap banyak kepada saya untuk menjadikan saya minimal seperti mereka menjadi PNS. Tapi disisi lain saya juga ingin memilih profesi saya sendiri sesuai minat bakat, kemampuan dan hobi saya.

Dan karena segala upaya sudah saya lakukan untuk merubah pandangan mereka namun tidak ada yang berhasil, saya menyerah dan mengikuti keinginan orang tua saya. Mereka yang memilihkan jurusan di Perguruan Tinggi saya, saya pun nurut saja dengan orang tua. Saat itu orangtua saya memilihkan Jurusan Hukum, dimana mata kuliahnya mayoritas hafalan dan penjelasannya panjang - panjang. Saya yang background SMA nya adalah IPA terbiasa dengan rumus dan hitung - hitungan, lumayan agak kerepotan mengikuti jalannya perkuliahan, terutama di semester - semester awal. Hanya beberapa mata kuliah saja yang bisa saya dapatkan dengan nilai memuaskan, sisanya yaa dapat nilai pas - pasan saja. Dan saat itu kedua orang tua saya sempat agak marah dan kecewa dengan hasil KHS saya yang nilainya yaa kurang memuaskan, tapi setelah saya jelaskan alasannya sih mereka akhirnya bisa mengerti dengan hasil tersebut (toh bisa diperbaiki di semester pendek hehehee). Tapi ketika memasuki semester 3 saya sudah mulai bisa mengikuti ritme sistem perkuliahan dan sudah bisa menemukan ritme belajar "hafalan" tersebut dan nilai - nilai mulai membaik sampai akhirnya saya mendapatkan IPK 3,6 ketika saya lulus. Melihat orang tua saya bahagia ketika menghadiri acara wisuda saya itu sudah cukup membuat saya bahagia meskipun sebenarnya itu bukan jurusan yang benar - benar saya inginkan dan sebenarnya saya juga tidak terlalu berbangga diri dengan IPK saya yang sebesar itu, karena yaa kembali lagi jurusan itu bukan jurusan yang sesuai dengan minat dan bakat saya.

Setelah lulus kuliah di akhir 2011 kemudian saya pun melamar di banyak perusahaan swasta, bank, sampai mencoba melamar di kementerian ketika mereka membuka lowongan pekerjaan, tapi mungkin bukan rezekinya saya disitu. Sampai pada awal tahun 2012 saya diterima bekerja di salah satu bank swasta dan ditempatkan di daerah Matraman, Jakarta Selatan. Saya bekerja di bank tersebut statusnya hanya sebagai karyawan kontrak selama 1 tahun saja dan kemudian saya tidak memperpanjanng kontrak kerja saya karna banyak faktor terutama karna jarak antara rumah dan kantor saya lumayan agak jauh dari Tangerang ke Matraman. Kemudian awal 2014 saya menikah dengan suami saya dan alhamdulillah langsung dikaruniai anak yang lahir pada akhir 2014. Naah, di trimester akhir kehamilan saya dulu kebetulan ada pembukaan CPNS di seluruh Kementerian Indonesia, orangtua saya pun menyarankan saya untuk mencoba lowongan tersebut, dan dengan niat setengah hati karna saya agak khawatir bagaimana kalau nanti ketika ada tes/ujian dari kementerian tersebut saya sedang dalam kondisi hamil besar atau bahkan bertepatan saat saya melahirkan dan saya memikirkan bagaimana nanti kalau saya diterima kerja di kementerian lalu saya harus diklat kurang lebih satu bulan diluar kota dan meninggalkan anak saya yg masih bayi, pokoknya banyak lah kekhawatiran saya. Tapi akhirnya saya coba memasukkan CV saya dan suami ke salah satu lowongan CPNS di Pemerintah Kota Tangerang (karena alasan semoga saja nanti kantornya dekat dng rumah hehehe). Singkat kata saya dan suami lolos seleksi administrasi dan tinggal menunggu jadwal test tertulis saja. Dan ternyata jadwal test tertulisnya bertepatan dengan minggu - minggu Due Date kelahiran anak saya, yang pada waktu itu sebenarnya saya berniat untuk melahirkan secara Normal tetapi karna alasan kesehatan dan keselamatan saya serta anak, saat itu juga kami memutuskan untuk melahirkan dengan operasi Sectio Caesaria (Caesar) dimana operasi tersebut belum direncanakan sebelumnya. Satu hari setelah saya melahirkan, suami saya melaksanakan test CPNS tertulis yang tempatnya kebetulan dekat dengan RS tempat saya dirawat. Kemudian besoknya giliran jadwal test CPNS tertulis saya, saya seharusnya masih harus dirawat inap di RS karna masih dalam proses pemulihan pasca oprasi Caesar, tapi karna orangtua dari pihak saya dan orangtua dari pihak suami menyarankan saya untuk mencoba peruntungan di test CPNS tersebut, diuruslah segala sesuatu untuk proses check-out dari RS atas permintaan bersyarat (RS tidak bertanggung jawab jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan setelah pasien keluar dari RS pada saat sebelum diijinkan untuk check-out dari RS) karna seharusnya saya masih harus rawat inap minimal sampai H+3 pasca oprasi caesar. Singkat kata semua proses keluar dari RS diurus oleh ibu saya, dan saya pun diantar dan ditemani oleh suami saya ke tempat test CPNS yang tidak jauh dari RS dengan kondisi sangat tidak stabil, jalan masih sempoyongan, bergerak pun masih pelan - pelan sekali, masih agak pusing. Tapi beruntungnya semua panitia disana saat itu sangat baik dan membantu saya bahkan selalu mendahulukan saya untuk masuk ruang test, untuk naik tangga, untuk turun tangga dan lain - lain, selama mengerjakan soal - soal kepala saya sempat pusing sekali dan kleyengan dan membuat saya tidak bisa konsentrasi dan banyak jawaban yang saya tidak bisa jawab yaa karna faktor kondisi fisik yang belum stabil tadi. Singkat kata ketika pengumuman hasil test saya dan suami ternyata tidak lulus test tersebut, yaa lagi - lagi memang mungkin bukan rezeki kami yaa... Saya sih tidak merasa kecewa sama sekali, karena saya mengerti dan tahu bagaimana kondisi saya saat mengerjakan test tersebut, fisik dan konsentrasi tidak stabil.

Pada akhirnya sekarang saya memutuskan untuk menjadi Full Time Mother untuk anak saya yang baru semata wayang dan berusia 26 bulan. Suami saya pun sebenarnya mengingkan saya untuk stay dirumah mengurus sendiri anak - anak kami dan tidak mau menitipkan buah hati kami kepada "mbak" karna saya pribadi agak susah mempercayai orang lain untuk mengurus anak - anak kami. Lebih baik "mbak" ngurus rumah (misalnya nyapu, ngepel, nyetrika) aja biar anak - anak tetap saya yang mengurusnya. Tapi sampai sekarang belum adaa "mbak" yang bantu - bantu dirumah dan alhamdulillah anak saya sekarang sudah semakin cerdas dan bisa sedikit - sedikit membantu saya kok karna sudah saya biasakan untuk rajin membantu Bundanya. Hehehehehehehe.....😁

Dari pengalaman - penngalaman saya diatas, banyak sekali yang bisa saya ambil pelajarannya. Bahwasannya kita sebagai orang tua tidak boleh memaksakan kehendak ataupun keinginan bahkan cita - cita kita pribadi yang tidak tercapai kepada anak - anak kita sendiri, karna setiap anak memiliki keinginan, cita - cita, minat dan bakatnya masing - masing yang harus bisa kita terima sebagai suatu keunikan yang kita syukuri dan kita sebagai orang tua harus bisa lebih mendengarkan suara hati anak kita sendiri, mencari solusi terbaik untuk anak bukan yang terbaik untuk orang tua, harus bisa menyalurkan dan mengembangkan kemampuan anak sesuai dengan minat serta bakatnya. Buang jauh - jauh keinginan kita untuk menjadikan anak kita sesuai dengan keinginan kita pribadi, karena sesungguhnya setiap anak itu bukanlah sebuah kertas yang kosong, mereka sesungguhnya sudah memiliki pola khasnya masing - masing, orangtua harus bisa mencari seperti apa pola khas seperti apa yang ada pada anaknya kemudian menyalurkan dan mengembangkannya sesuai dengan pola yang sudah ada tentu saja dengan memberikan support dan slalu mendampinginya dengan suka cita.

No comments:

Post a Comment